
Foto Ilustrasi Opini tulisan aku sudah pergi, jadi awas kalau kamu tidak bahagia.(Dok:Opini)
Probolinggo, newsIndonesia.id- Merelakan seseorang yang kamu cintai adalah proses panjang yang perlahan mengikis kebahagiaan di dalam dirimu. Bukan karena cintamu kurang kuat, melainkan karena semesta seakan tak pernah berpihak.
Kamu mencintainya sepenuh hati. Kamu pernah berdoa dengan air mata yang jatuh diam-diam di tengah malam. Setiap harimu dipenuhi harapan yang selalu berujung pada satu nama: dia.
Namun pada akhirnya, kamu harus belajar sadar bahwa tidak semua rasa layak diperjuangkan sampai habis-habisan. Ada cinta yang hanya bisa diterima, meski hatimu terus menolak.
Kamu mulai melangkah menjauh, walau jiwamu ingin tetap tinggal. Kamu belajar tersenyum, meski luka itu tak pernah benar-benar bisa kamu sembuhkan sendiri.
Setiap hari kamu berpura-pura baik-baik saja. Padahal di dalam kepalamu, namanya masih berisik. Suaranya masih terngiang, senyumnya masih teringat dengan jelas. Kamu mencoba menghapus kenangan, namun kenangan tak pernah bisa dibuang begitu saja.
Kamu mencoba mencintai orang lain, tetapi tak ada yang mampu menggantikan tempatnya. Kamu mencoba membenci, namun hatimu selalu melembut setiap kali namanya disebut.
Di antara semua itu, kamu akhirnya mengerti: merelakan bukan berarti berhenti mencinta, melainkan belajar mencintai dalam diam, tanpa harus memiliki.
Kamu pun mulai memahami bahwa kehilangan bukanlah akhir dari segalanya. Ia hanyalah bagian dari perjalanan untuk menemukan kembali dirimu yang sempat hilang karena terlalu mencintai orang lain.
Di setiap malam yang sunyi, kamu masih menatap langit, berharap semesta mendengar sisa doa yang belum sempat terkabul. Namun perlahan, kamu juga belajar berterima kasih karena pernah merasakan cinta yang begitu dalam, meski harus berakhir dengan luka.
Sebab pada akhirnya, kamu tahu bahwa cinta yang tulus tak selalu berujung pada kebersamaan.
Kadang, cinta yang paling murni adalah yang sanggup melepaskan tanpa dendam, tanpa amarah hanya dengan doa: semoga kamu bahagia, meski bukan bersamaku.
(Opini)