![]() |
| Melalui kegiatan Balap Kelinci, warga Desa Kertosuko menyuguhkan hiburan rakyat yang sederhana, unik, dan sarat nilai kebersamaan. |
Probolinggo, newsIndonesia.id — Di kaki perbukitan Kecamatan Krucil, Desa Kertosuko menghadirkan warna berbeda dalam peta wisata budaya Kabupaten Probolinggo. Melalui kegiatan Balap Kelinci, warga desa menyuguhkan hiburan rakyat yang sederhana, unik, dan sarat nilai kebersamaan.
Berlokasi di Dusun Kertaka RT 01 RW 01, arena Balap Kelinci dipenuhi tawa, sorak penonton, dan suasana khas pedesaan. Lintasan balap yang dibuat sederhana justru menjadi daya tarik tersendiri. Pengunjung tak hanya datang untuk menyaksikan perlombaan, tetapi juga menikmati atmosfer desa yang hangat dan akrab.
Kegiatan ini berhasil menarik perhatian masyarakat dari berbagai desa sekitar. Antusiasme tersebut menandakan bahwa wisata berbasis budaya lokal masih memiliki ruang besar untuk dikembangkan, terutama di wilayah pedesaan yang kaya tradisi dan kreativitas warganya.
Ketua panitia, Mahfud, mengatakan, bahwa balap kelinci sebagai bentuk ekspresi budaya warga desa yang lahir dari semangat gotong royong.
“Semua kami lakukan secara swadaya. Tidak ada dana desa atau bantuan pemerintah. Justru dari kebersamaan inilah nilai budaya dan kekuatan masyarakat desa terlihat,” katanya. Minggu (28/12/2025)
Mahfud menambahkan, Balap Kelinci tidak hanya menjadi hiburan sesaat, tetapi juga berpotensi menjadi agenda wisata budaya yang dapat digelar secara rutin.
“Jika dikelola dengan baik, kegiatan ini bisa menjadi daya tarik wisata desa, bahkan dikembangkan hingga tingkat kecamatan atau kabupaten,” tambahnya.
Sementara itu, Abdurrohim seorang tokoh pemuda Desa Kertosuko sekaligus Sekretaris Daerah LIRA Kabupaten Probolinggo, menuturkan, Balap Kelinci sebagai contoh nyata desa yang mampu mengemas potensi lokal menjadi atraksi wisata budaya.
“Kegiatan ini bukan sekadar perlombaan, tetapi representasi identitas desa. Wisata budaya seperti ini dapat memperkuat citra desa sekaligus mendorong pergerakan ekonomi masyarakat,” ucapnya
Ternyata Desa memiliki modal sosial yang kuat untuk menjadi pelaku utama pengembangan wisata berbasis komunitas.
“Ketika masyarakat terlibat langsung, wisata tidak hanya menjadi tontonan, tetapi juga pengalaman budaya yang otentik,” tandasnga
Kedepan tradisi balap kelinci di Desa Kertosuko berpeluang tumbuh menjadi ikon wisata budaya lokal. Sebuah atraksi sederhana yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memperkenalkan wajah desa yang ramah, berdaya, dan kaya nilai tradisi kepada pengunjung. (wn)
Tags
Wisata
