Musim kemarau menjadi tantangan petani bawang merah di Probolinggo, sebagai inovasi dan kunci Ketahanan Pangan (Foto: Dok NI)
Probolinggo, newsIndonesia.id -Musim kemarau panjang yang diprediksi berlangsung dari Juni hingga September 2025 ini, akan menjadi tantangan besar bagi sektor pertanian, khususnya bagi para petani bawang merah di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Kekeringan yang berkepanjangan mengancam produktivitas dan dapat menyebabkan gagal panen, terutama di daerah yang belum memiliki sistem irigasi memadai.
Namun, di tengah ancaman kekeringan ini, para ahli menilai bahwa musim kemarau juga membuka peluang untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Dengan strategi yang tepat, kondisi ini justru dapat mendorong inovasi dan efisiensi dalam sistem pertanian.
Pakar pertanian menyoroti pentingnya inovasi teknologi dalam menghadapi musim kemarau. Penggunaan sistem irigasi tetes, pemilihan varietas tanaman tahan kering, serta digitalisasi pengelolaan lahan menjadi solusi potensial untuk menjaga produksi tetap stabil.
“Musim kemarau seharusnya tidak hanya dilihat sebagai ancaman. Ini saatnya kita bertransformasi menuju pertanian cerdas yang tahan iklim,” ujar Dr. Siti Andini, peneliti dari Balai Penelitian Pertanian Berkelanjutan.
Selain itu, pengelolaan sumber daya air menjadi krusial. Pemerintah daerah bersama petani kini mulai mengoptimalkan embung dan sumur bor sebagai cadangan air.
"Maka upaya ini diharapkan dapat meminimalisasi risiko gagal panen," imbuhnya
Meski demikian, tantangan tidak bisa dianggap enteng. Di beberapa kecamatan di Probolinggo, para petani mengeluhkan penurunan debit air irigasi hingga 50 persen. Hal ini berdampak langsung pada tanaman bawang merah yang sangat bergantung pada kelembaban tanah.
“Kami khawatir hasil panen turun drastis. Tanahnya sudah mulai retak-retak, dan daun bawang menguning,” kata Sumarno, petani di Kecamatan Dringu. Rabu (4/6/2025)
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian Arman Sulaiman menuturkan, percepatan pembangunan infrastruktur pertanian, seperti irigasi mikro dan pompa air tenaga surya. Selain program pelatihan bagi petani juga digalakkan untuk mengedukasi mereka dalam pengelolaan pertanian di musim kemarau.
"Kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat juga terus diperkuat. Beberapa perusahaan agribisnis mulai menjalin kemitraan dengan kelompok tani untuk menyediakan bibit unggul dan bantuan alat pertanian modern," tuturnya
Dengan sinergi berbagai pihak, semoga dampak musim kemarau terhadap petani, khususnya petani bawang merah di Probolinggo, dapat diminimalisasi. Musim kemarau tak lagi menjadi penghalang, melainkan peluang untuk membangun pertanian yang lebih tangguh di masa depan. (sbr)